Dia menangis meninggalkan kampung halamannya menuju tempat
perantauan belajarnya. Air mata itu menandakan adanya pengganjal hati di negeri
perantauannya. Ia pergi karena suatu tugas yang akan ia kerjakan disana. Putaran
roda motor matic disertai pemberat hati memindahkan raganya ketempat tujuan. Putaran
yang biasanya cepat, namun saat ini menjadi lambat, karena ia tak ingin menuju
tempat itu.
Sampainya di negeri perantauannya belajar, ia mendapati
pembatalan mengerjakan tugas, hatinya semakin hancur oleh kekecewaan itu, ia
berpikir “kenapa menjadi banyak waktu luangku di sini ?”. Semakin banyak waktu
luang, luka hatinya semakin menganga. Ia menuju ke istana ilmu di negeri itu,
ia berharap ada kawan yang membantu ia membenahi alat bantu belajarnya, namun
yang ia dapati, tak sedikitpun luka hatinya tertutup. Ia menghidupkan kembali
motor matic merahnya, ingin hati ke gunung merasakan sejuknya udara malam di
sana. Namun cuaca saat itu membuatnya khawatir, karena hujan usai turun di
tempat ia berpijak saat ini. Ia pergi bersamaan putaran roda yang entah akan
membawanya kemana. Jalur kota pun di tuju.
Dengan potongan rambut pendek, tanpa memakai helm, ia pun
melangkahkan motornya di depan pos polisi, dengan percaya diri luar biasa yang
ia tak sadari, dengan pelan ia melewati pos polisi. Mungkin karena beban hati
yang terlalu dalam, ia mendapatkan tekanan dalam pikirannya. Untuk kedua
kalinya ia berputar arah kembali melewati pos polisi. Yang ada di pikirannya
saat itu adalah makanan. Kwetiaw, burger, jagung bakar pedas manis menjadi
nominasi dalam pikirannya.
Pemenang dari nominasi itu adalah jagung bakar pedas manis. Ia
sendirian makan di pinngir jalan. Cuaca dingin saat itu tak ia hiraukan karena
rasa pedas yang ia kecapnya. Setelah ia melahap jagung pedas manis, sate usus,
kerupuk, dan es jeruk, ia pun menjalankan lagi skuter maticnya. Untuk ketiga
kalinya ia melewati pos polisi. Ia melihat pak polisi duduk disamping pos. Ia melenggangkan
langkah motornya, dan merasakan dinginnya angin yang ia rasakan. Kegelapan di
antara pabrik-pabrik rokok menemaninya dalam perjalanan pulang. Kegelapan kuburan
cina pun tak mengecilkan nyalinya.
Sekarang ia memasukkan sahabat maticnya ke dalam pintu gerbang,
dan akhirnya ia pun bercerita kepada tulisan. J
Baca selengkapnya »