RSS Feed

TATO DALAM KEHIDUPAN

Posted by: Anik / Category:

A.    Latar Belakang
Tato merupakan sebuah bentuk dari ekspresi, tato juga merupakan sebuah karya seni yang tertua didunia. Dimana tato sudah dipraktikkan oleh beberapa suku di dunia semenjak ribuan tahun yang lalu. Tato tato digunakan untuk penunjukan sebuah suku atau membedakan satu suku dengan suku lainnya dan status seseorang dalam kelompoknya. Tato juga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain untuk melihat kedewasaan dan menunjukkan keahlian/pekerjaan bagi pemilik tato.
Dulu tato merupakan sebuah simbol budaya dari kelompok tertentu dengan proses ritual yang bersifat magis dan sakral, maka kini tato bukan lagi milik dari kelompok tertentu atau suatu penandaan dari budaya tertentu lagi, tato kini sudah menjadi konsumsi kalangan banyak yang tak lagi melalui proses ritualisasi dan memiliki nilai sakralitas.
Fenomena tato pada tahun 80-an menimbulkan prasangka sosial serta streotip yang menyebabkan diskriminasi pada orang-orang bertato. Setelah tato digunakan sebagai bentuk pemberontakan terhadap tatanan-tatanan sosial yang ada, ketika tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk maka kini tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Sudah banyak kalangan yang menggunakan tato tidak merasa risih ataupun malu, malahan sengaja untuk diperlihatkan kepada orang lain.
Dewasa ini setiap orang/individu memiliki kebebasan untuk menciptakan ciri atau warna hidupnya sendiri dan bukan lagi mengacu pada masing-masing kelompoknya. Mulai dari ciptaan dan kreasinya sendiri sampai pada peniruan dari orang yang di idolakan atau gaya hidup yang lagi trend bahkan sampai meniru apa yang dilakukan oleh orang yang diidolakan. Ekspresi inilah yang dimunculkan oleh tato pada tubuh, menjadikan tubuh sebagai media, dilukai dan diberi warna sampai menarik bagi pemilik tubuh tersebut.
Tato mempunyai berbagai pandangan-pandangan bagi masyarakat yang menilainya. Adapun pandangan yang melarang adanya tato permanen yang menghias tubuh. Serta adapula pandangan yang mengharuskan penggunaan tato. Perbedaan asumsi-asumsi tentang tato dapat menimbulkan konflik tersendiri, maka dapat dikaji dengan menggunakan teori sruktural konflik. Selain menggunakan teori struktural konflik, dapat pula dikaji dengan struktural fungsional yang membahas tentang makna-makna tato.

B.    Keberadaan tato
Seni merajah tubuh atau yang sering disebut tato, mempunyai banyak pengertian. Tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh; me•na•to v melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuki kulit dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna ke dalam bekas tusukan itu.
Menurut KBBI, Rajah adalah suratan (gambaran, tanda-tanda, dsb) yang dipakai sebagai azimat (penolak penyakit, dsb). Tato atau tattoo, berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda.
Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tato ditemukan untuk pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan konon hal itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan. Dalam catatan Ady Rosa, 48 tahun, dosen Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tato Mesir baru ada pada 1300 SM. Menurut magister seni murni, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM. ’’Itu artinya, tato Mentawai-lah yang paling tua di dunia,’’ kata Ady Rosa, yang telah 10 tahun meneliti tato. Di Mentawai. Tato dikenal dengan istilah titi. Dalam penelitian Ady Rosa, selain Mentawai dan Mesir, tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii dan Kepulauan Marquesas. Budaya rajah ini, juga ditemukan pada suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di Selandia Baru, suku Dayak di Kalimantan dan suku Sumba di Sumatera Barat.

C.    Pandangan Tentang Tato
1.    Tato sebagai simbol budaya
Menurut Koentjraningrat, konsep kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta hasil keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Sesuai dengan pengertian Koentjraningrat tersebut, maka tato adalah termasuk konsep kebudayaan.
Pada zaman dahulu, Tato dibuat sebagai suatu simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri. Banyak masyarakat di dunia, tradisi rajah dilakukan melalui upacara tertentu yang berkaitan dengan siklis hidup seseorang. Orang yang pertama kali dirajah bisa dianggap telah mencapai kedewasaan, baik secara biologis maupun psikologis. Ia boleh mengikuti kegiatan-kegiatan yang tadinya hanya dilakukan oleh orang dewasa, boleh memilih jodoh, boleh bersaing dalam mencapai kedudukan politik, dsb. Tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Di Mesir terdapat tato tertua. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.
Terungkap beberapa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato.
a.    Tato di Bangsa Yunani kuno
Bangsa Yunani kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik.
b.    Tato di kepulauan Solomon
Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas, orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.
c.    Tato di China
Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.
Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki tato di wajahnya.
d.    Tato di Indonesia
Rajah dapat pula menggambarkan hubungan kekerabatan yang dimiliki seseorang sehingga berfungsi menunjukkan kedudukan seseorang, misalnya pada orang Mentawai yang mendapat rajah dalam upacara inisiasi.
1)    Tato tradisional Bali
Motif dari tato tradisional Bali secara prinsip tak berbeda dengan tato tradisional di belahan benua lainnya, yakni berciri khas alam sekitar. Misalnya gambar rerajahan binatang nerkaki empat, berkaki dua, melata, serangga, dan tetumbuhan. Berbagai motif rerajahan tersebut didapat dari inventaris sebagai lontar.
Motif tato Bali dapat dibedakan dalam empat macam, pertama kala( antara lain gambar raksasa gundul, Randa, Kala Rau makan bulan, Raja Banaspati, Sang Kala Raksa, Buta Siu, Sang Jogor Manik). Kedua, simbolik (antara lain Ongkara, Acintya, berbagai aksara suci seperti Ang, Ung, Mang). Ketiga,  senjata (antara lain rantai, keris, kapak, dan gada). Keempat, dewa-dewi (antara lain Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewi Durga, Dewi Laksmi, Dewi Saraswati).
Secara teknis, tato tradisional Bali dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar. Untuk pewarnaan menggunakan getah pisang yang dicampur dengan jelaga dan minyak kelapa. Ketiga bahan tersebut dicampur dan dioleskan pada kulit yang akan ditato.
2)    Dayak Iban dan Kayan
Orang Dayak Iban dan Kayan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur pun mengenal tradisi merajah kulit yang biasa disebut pantang. Pria Iban biasanya merajah seluruh tubuhnya, terutama kedua belah tangannya, apabila ia telah berhasil membunuh musuhnya. Kaum wanita umumnya merajah sekitar leher dan tangannya untuk menandakan bahwa ia telah dewasa dan berasal dari golongan terkemuka. Pria Dayak yang berhasil menggayau musuh biasanya hanya merajah bagian tubuh tertentu, misalnya ibu jari. Kaum wanita biasanya merajah ujung tangan, kaki, dan paha. Di kedua suku itu, menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.
Tato sebagai wujud ungkapan kepada Tuhan terkait dengan kosmologi Dayak. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah.
Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak pada 1884, rajin mencatat legenda-legenda yang dipercaya orang Dayak itu. Dalam buku Natural Man, A Record from Borneo terbitan Oxford University Press, 1990, Charles Hose menceritakan janji burung gagak borneo dan burung kuau argus untuk saling menghiasi bulu mereka. Setelah Haid Pertama Dalam legenda itu, gagak berhasil mulus melakukan tugasnya. Sayang, kuau adalah burung bodoh. Karena tak mampu, akhirnya kuau argus meminta burung gagak untuk duduk di atas semangkuk tinta, lalu menggosokkannya ke seluruh tubuh kuau, pemakan bangkai itu. Sejak saat itulah, konon, burung gagak dan burung kuau memiliki warna bulu dan ‘’dandanan’’ seperti sekarang.
Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun, Hose menilai, teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh. Tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan mengayau. Setelah ada pelarangan itu, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika. Tradisi tato tak hilang pada kaum Hawa. Kini, mereka menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski masyarakat Dayak tidak mengenal kasta, tedak kayaan, alias perempuan tak bertato, dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato.
Ada tiga macam tato yang biasa disandang perempuan Dayak Kayan. Antara lain tedak kassa, yang meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Lainnya adalah tedak usuu di seluruh tangan, dan tedak hapii di seluruh paha. Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama.
Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, kalau pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam. Dulu, agar anak yang ditato tidak bergerak, lesung besar diletakkan di atas tubuhnya. Kalau si anak sampai menangis, tangisan itu harus dilakukan dalam alunan nada yang juga khusus. Di masyarakat Dayak Iban, tato menggambarkan status sosial. Kepala adat, kepala kampung, dan panglima perang menato diri dengan simbol dunia atas. Simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan
3)    Belu
Masyarakat di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, mengenal seni rajah dalam bahasa Tetun disebut Hedi. Rajah ini terutama dilakukan pada remaja putri yang menginjak dewasa. Tinggi-rendahnya “harga” seorang wanita Belu ditentukan oleh kemampuan orangtuanya melakukan upacara adat hedi. Biasanya kaum pria lebih senang melamar gadis yang tubuhnya telah dirajah. Oleh sebab itu, gadis Belu yang telah cukup dewasa tetapi belum dirajah sering merasa rendah diri.
4)    Kenyah
Budaya bertindik dan bertato telah wujud di dalam budaya masyarakat Kenyah sejak sekian lama. Tato yang menghiasi tubuh mereka itu bukan sekadar hiasan,tetapi tato bagi masyarakat kenyah memiliki makna yang sangat mendalam. Tato bagi masyarakat etnik Kenyah merupakan bahagian dari tradisi, keagamaan, status sosial seorang dalam masyarakat, serta dianggap sebagai bentuk pengargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Ada  peraturan-peraturan tertentu dalam pembuatan tato atau "betik", yaitu pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang di tato maupun penempatan tatonya. Meskipun demikian, secara agamanya tato memiliki makna sebagai "obor" dalam perjalanan seseorang dalam menuju alam keabadian, setelah kematian.
Semakin banyak tato, "obor" akan semakin terang dan jalan menuju alam keabadian semakin lapang. Walaupun begitu, pembuatan tato tidak boleh dibuat sebanyaknya secara suka-suka , kerana harus mematuhi aturan - aturan adat. Setiap sub-suku Kenyah memiliki peraturan yang berbeda dalam pembuatan tato.
Bagi suku Kenyah yang menetap perbatasan Kalimantan dan Serawak Malaysia, misalnya, tato di sekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku yang suka menolong seperti ahli perubatan (bidan, pawang atau bomoh). Semakin banyak tato di tangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin hebatlah status beliau sebagai seorang ahli perubatan.
Bagi masyarakat Kenyah di Kalimantan Timur, jumlah tato yang banyak menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Oleh kerana setiap kampung memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampung.
Jangan bayangkan kampung tersebut hanya berjarak beberapa kilometer. Di Kalimantan, jarak antara kampung boleh mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer jaraknya dan harus ditempuhi dengan menggunakan perahu menyusuri sungai berbulan-bulan lamanya. Penghargaan kepada perantau diberi dalam bentuk tato.
Tato juga boleh dikhaskan kepada golongan-golongan tertentu. Di kalangan masyarakat Kenyah, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan (paren ) adalah burung enggang yakni burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan. Kebanyakkan motif yang lazim untuk masyarakat Kenyah di Sarawak pula ialah motif muka manusia yang telah diharamkan untuk dipakai oleh golongan masyarakat penyen (golongan bawah). Golongan panyen pula hanya boleh memakai motif tumbuh-tumbuhan dan hawan-hawan darat dan udara. Namun ada beberapa motif yang mereka tidak boleh gunakan yaitu motif Lencau (harimau) dan Enggang. Motif kedua hewan ini adalah hanya boleh dipakai mereka yang berstatus tinggi (bangsawan).
Tato atau parung atau betik tidak hanya dipakaikan kepada kaum lelaki, tetapi juga kepada kaum perempuan. Untuk lelaki, tato bisa dibuat di mana-mana tempat pada tubuhnya, manakala pada perempuan biasanya hanya pada kaki dan tangan.
Jika untuk lelaki pemberian tato dikaitkan dengan penghargaan atau penghormatan, manakala kepada perempuan pembuatan tato lebih bermotif religius/keagamaan. Pembuatan tato pada tangan dan kaki dipercaya boleh menghidar pengaruh roh-roh jahat dan selalu berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
Dalam masyarakat suku Kenyah, tato dibuat pada perempuan diusia 16 tahun atau setelah haid pertama. Untuk pembuatan tato bagi perempuan, dilakukan dengan upacara adat di sebuah rumah khusus / bawah lepubung (tempat menyimpan padi). Selama pembuatan tato, semua pemuda tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi wanita yang sedang ditato.
Motif tato bagi perempuan lebih terlihat seperti gambar paku hitam (paku pakis) yang berada di sekitar ruas jari disebut song irang atau tunas bambu. Adapun yang melintang di belakang buku jari disebut ikor. Tato di pergelangan tangan bergambar wajah macan disebut silong lejau atau silong kelunan (hanya boleh dipakai oleh golongan wanita atasan/bangsawan).
Ada pula tato yang dibuat di bagian paha. Bagi perempuan Kenyah memiliki tato di bagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang (buleng) di bagian bawah betis. Motif tato di bagian paha biasanya juga menyerupai silong lejau atau silong kelunan. Perbedaannya dengan tato di tangan, ada garis melintang pada betis yang dinamakan nang klinge.
Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski demikian ada juga tato di bagian lutut pada lelaki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato di badan. Tattoo yang dibuat di atas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi-jadian atau disebut tuang buvong asu.
Baik tato pada lelaki ataupun perempuan, secara tradisionalnya dibuat menggunakan duri buah jeruk yang panjang dan lambat-laun kemudian menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam.
Bagi subsuku lainnya, pemberian tato dikaitkan dengan tradisi menganyau atau memenggal kepala musuh dalam suatu peperangan. Tradisi ini sudah puluhan tahun tidak dilakukan lagi, namun dahulunya semakin banyak mengayau, motif tatonya pun semakin khas dan istimewa.
Tato untuk sang pemberani di medan perang ini, biasanya di tempatkan di bahu kanan. Namun pada subsuku lainnya, ditempatkan di lengan kiri jika keberaniannya "biasa" dan di lengan kanan jika keberanian dan keperkasaannya di medan pertempuran sangat luar biasa.
5)    Mentawai
Orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM. Itu artinya, tato mentawailah yang tertua di dunia. Bukan tato Mesir, sebagaimana disebut-sebut berbagai buku.
Bagi orang Mentawai, tato merupakan roh kehidupan. Ady, yang pada 1992 menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, menemukan sedikitnya empat kedudukan tato di sana. Salah satu kedudukan tato adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu di badannya. Hikayat Arat Sabulungan secara berseloroh Ady menyatakan, ‘’Jadi, sebelum para jenderal punya bintang, dukun Mentawai sudah punya lebih dulu….’’
Menurut penelitian Ady, yang oleh dua guru besar ITB, A.D. Pirous dan Primadi Tabrani, dijuluki ‘’Jenderal Tato’’, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. ‘’Mereka menganggap semua benda memiliki jiwa,’’ kata Ady. Fungsi tato yang lain adalah keindahan. Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ‘’Arat Sabulungan’’. Istilah ini berasal dari kata sa (se) atau sekumpulan, serta bulung atau daun. Sekumpulan daun itu dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang). Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan.
Setelah itu, dipilihlah sipatiti seniman tato. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat, alias upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti). Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi. Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.
Janji Gagak Borneo Penatoan awal atau paypay sakoyuan, itu dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.
Dalam kesimpulan Ady Rosa, tato Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson di Vietnam. Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru.
Di Indonesia, tradisi tato Mentawai lebih demokratis dibandingkan dengan tato Dayak di Kalimantan. Dalam budaya Dayak, tato menunjukkan status kekayaan seseorang.
‘’Makin bertato, makin kaya,’’ katanya. Toh, Baruamas Jabang Balumus, 67 tahun, tokoh adat Dayak dari suku Taman, menuturkan, dalam tato masyarakat Dayak ada aspek lain selain simbol strata sosial. ’’Tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur,’’ kata tokoh bernama asli Masuka Djanting itu.

2.    Tato Menurut Pandangan Kesehatan
a.    Bahan Pembuat Tato Secara Tradisional
Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Alat-alat yang digunakan masih sangat tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Secara umum pembuatan tato suku Dayak menggunakan teknik yang masih tradisional. Alat yang digunakan adalah duri buah jeruk yang panjang. Meskipun saat ini sudah dapat ditemui pembuatan tato dengan menggunakan jarum.  Bahan tato sendiri menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam. Oleh karenanya hasil yang didapat pun hanya berwarna hitam.
b.    Bahan Pembuat Tato Secara Modern
Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato). Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman untuk tato.
c.    Proses Pembuatan Tato
Secara  garis besar tato dibuat menggunakan benda tajam sehingga menimbulkan luka dan tanda (tonjolan) pada permukaan kulit, atau dengan cara melubangi permukaan kulit menggunakan benda tajam yang runcing (misal: jarum), bersamaan dengan itu tinta/zat cair berwarna dimasukkan ke bawah permukaan kulit.
Dilihat dari dampaknya terhadap kesehatan, tato dapat menimbulkan resiko yang serius apabila tidak dilakukan secara tepat. Pembuatan tato yang tepat perlu memperhatikan 3 hal berikut, yaitu: kondisi, profesionalitas, dan kebersihan. Menurut Dr. Sriyatti Sengkey, DK, ahli aesthetic, penggunaan jarum untuk tato sering tidak steril. Dan jika ini tidak diperhatikan, seni tato justru bisa jadi media menularkan beberapa penyakit seperti hepatitis, penyakit kulit dan bahkan HIV.Ditambahkannya, banyak orang juga yang tidak mengetahui efek yang ditimbulkan oleh tattoo art. Kulit yang terkena tattoos art bisa bengkak dan terjadi infeksi, sementara kulit yang sudah terkena tato sampai pada bagian dermis atau bagian paling dalam kulit, tidak bisa dikeluarkan lagi.
Menindik tato pada kulit dapat terkena MRSA, penyakit kulit yang mematikan. MRSA merupakan jenis bakteri yang tumbuh berkembang melalui penindikan tato oleh pihak ilegal. MRSA adalah jenis staphylococcus yang resisten terhadap methicilin. Penyebaran virus MRSA tampak dalam bentuk benjolan-benjolan kecil atau kulit yang meradang sehingga mungkin sekali menyebabkan terjadinya problema besar dan berbahaya seperti radang paru dan kanker darah. Selain itu dampak yang lain juga sering ditemui.
Selain terkena MRSA, resiko penyakit menular pun sangat besar. Jarum yang ditancapkan ke kulit gunanya adalah untuk memasukkan tinta di kulit bagian bawah. Proses ini menyakitkan terutama bagi orang-orang yang paranoid dengan jarum. Pemakaian jarum suntik untuk tato di beberapa gerai tato tidak bisa dianggap ringan. Resiko penyakit menular sangat besar dengan cara ini. HIV AIDS atau Hepatitis adalah salah dua penyakit menular yang sangat beresiko ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril.
Penyakit yang paling mudah ditemui adalah Alergi Ada banyak orang yang menderita alergi karena tato. Hal ini dikarenakan tintanya murahan atau memang kulit yang tidak cocok, rasanya panas dan gatal. Alergi seperti ini seringkali datang bahkan bisa berujung jadi infeksi.

3.    Tato Menurut Pandangan Agama Islam
Ini hal yang paling utama. Agama Islam melarang adanya tato. Hukumnya haram. Alasannya adalah seperti ini: “Allah melarang umatnya untuk menyakiti diri sendiri dan mengubah segala pemberian-Nya, salah satunya dengan cara mentato tubuh.” Dengan alasan inilah, masyarakat muslim menolak tato secara mentah-mentah. Proses pembuatan Tato yang menyakiti diri sendiri dan tidak memiliki manfaat tertentu membuat hal ini adalah suatu bentuk yang sia-sia, serta Tato menghalangi diri kita pada saat bersuci.
"Afwan, ana ingin pencerahan tentang hadits dalam kitab terjemahan Shahih Muslim, Dari Ibnu Umar ra katanya, 'Bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menyambung rambut dan meminta rambutnya disambung, dan mengutuk pembuat tato dan yang meminta tato.' Yang ingin ana tanyakan, untuk orang yang bertato kemudian karena hidayah Allah sehingga ia ingin bertaubat, bagaimana dengan tato yang telah ada ditubuhnya apakah harus dihilangkan walaupun dengan menyiksa dirinya?"
Syaikh 'Abdul'aziz bin Baz rahimahullah menjawab pertanyaan yang sama, "Ketahuilah bahwa mentato tubuh adalah haram, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutuk orang yang menyambung rambut dan orang yang meminta rambutnya disambung, dan mengutuk orang yang mengerjakan tatto (pada orang lain) dan orang yang meminta tatto.
Jika seorang muslim melakukannya tanpa tahu bahwa itu adalah haram, atau terjadi padanya ketika dia masih kecil, maka dia harus menghilangkannya ketika dia telah tahu. Tapi jika menghilangkannya terlalu sulit atau dapat membahayakannya, maka cukuplah baginya untuk bertaubat dan meminta ampun, dan tidak menjadi masalah jika tanda (tato) tersebut tinggal di tubuhnya.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta ditanya, "Apa hukum mentato bagian tubuh, apakah keberadaan tato tersebut merupakan halangan baginya untuk melaksanakan ibadah haji?"
Jadi, diharamkan mentato bagian tubuh, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya ia bersabda, "Dilaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang meminta untuk disambungkan rambutnya, wanita yang mentato dan wanita yang meminta untuk di tato." Termasuk tato yang dilakukan di pipi, bibir dan tubuh lainnya, dengan mengubah warnanya menjadi biru, hijau atau hitam.
Bertato tidak menjadikan halangan untuk melaksanakan ibadah haji.

4.    Tato menurut pandangan seni
Tato dianggap sebagai kegiatan seni karena di dalamnya terdapat kegiatan menggambar pola atau desain tato. Seni adalah “karya”, “praktik”, alih-ubah tertentu atas kenyataan, versi lain dari kenyataan, suatu catatan atas kenyataan”. Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi. Berkaitan dengan tato, ia memang dapat dikategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif (Sumardjo, 2000: 15-18).
Dalam “General Anthropology” milik Melville Jacobs dan Bernhard J. Stern, tato merupakan salah satu bentuk dari seni grafis (1952:260).

5.    Tato menurut masyarakat awam
Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat yang membelenggu.

a.    Pergeseran pandangan masyarakat terhadap tato
Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Asumsi lain menyebutkan pemakai tato adalah golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat.
Tanggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan makna tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tatto dianggap sama dengan memberontak. Tetapi justru pemberontakan yang melekat pada aktivitas dekorasi tubuh inilah yang membuat gaya pemberontak ini populer dan dicari-cari oleh anak muda. Orang-orang yang terpinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri, anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tato sebagai simbol pembebasan.
Eksistensi tato selama ini dianggap sebagai bagian dari penyimpangan. Tato masih merupakan bagian dari tindakan yang keluar dari rel-rel kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Indonesia, kecuali kota-kota besar, konformitas masih sangat kuat di mana anak muda dianggap normal, ganteng dan alim apabila rapi, bersih tidak ada tato, tak bertindik dan lain-lain. Jika terjadi penyimpangan sedikit saja seperti telinga atau hidung yang ditindik, maka akan mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
1)    Penyebab pergeseran pandangan masyarakat Indonesia terhadap tato
a.    Stereotip
Gejala-gejala dan peristiwa yang bercorak tindakakan-tindakan diskriminatif terhadap segolongan manusia, tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif pada pribadi-pribadi orang itu satu persatu, yang membenarkan tindakan-tindakan diiskriminatif sedemikian itu, menunjukkkan adanya prasangka sosial pada orang-orang yang berbuat demikian.
Adanya prasangka sosial itu bergandengan pula dengan adanya yang disebut “stereotip”, yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip pada orang itu sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu. Biasanya stereotip terbentuk padanya berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.  Sebuah contoh mengenai stereotip itu, misalnya gambaran orang-orang bertato, dimana tercantum anggapan bahwa semua orang bertato adalah orang jahat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam tragedi “Petrus” pada tahun 80-an.
    PETRUS (penembakan misterius)
Di Indonesia sendiri acap kali para pencinta tato ini menjadi kaum marjinal. Apalagi ketika jaman Orde Baru dan munculnya PETRUS (Penembak Misterius) yang memburu orang bertato. Saat itu orang yang bertato dianggap sebagai preman, kriminal, penjahat, dan sebagainya. Sehingga waktu itu banyak orang yang bertato ingin menghapus seluruh tato yang ada ditubuhnya agar terhindar dari Petrus.
Tahun 1980-an. Ketika itu, ratusan residivis, khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah, mati ditembak. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap. Tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak. Para korban Petrus sendiri saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan dan kebun. Pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat keamanan.
Kala itu, para pria bertato disergap ketakutan karena muncul desas-desus,petrus mengincar lelaki bertato. Peristiwa penculikan dan penembakan terhadap mereka yang diduga sebagai gali, preman, atau residivis itu, belakangan, diakui Presiden Soeharto, sebagai inisiatif dan atas perintahnya. “Ini sebagai shock therapy,” kata Soehartodalam biografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.
Mayat-mayat itu ketika masih hidup dianggap sebagai penjahat, preman, bromocorah, para gali, dan kaum kecu yang dalam sejarah memang selalu dipinggirkan, walau secara taktis juga sering dimanfaatkan. Pada saat penembak misterius merajalela, para cendekiawan, politisi, dan pakar hukum angkat bicara. Intinya, mereka menuding bahwa hukuman tanpa pengadilan adalah kesalahan serius. Meski begitu, menurut Soeharto, “Dia tidak mengerti masalah yang sebenarnya.” Mungkin tidak terlalu keliru untuk menafsir bahwa yang dimaksud Soeharto sebagai orang yang mengerti masalah sebenarnya adalah dirinya sendiri
Kisah ini dapat ditemui pada seorang preman di masa itu, dua butir peluru segera bersarang di tubuhnya. Satu di dada dan satu di kepala. Tubuhnya lalu tumbang dan dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. Esok hari, bisik-bisik beredar di masyarakat. Dia adalah Robert preman yang selama ini ditakuti, sampah masyarakat. Mungkin nasib Bathi Mulyono masih lebih baik. Begitu mendengar dirinya ikut menjadi target, dia segera melarikan diri hingga ke sejumlah negara luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Meninggalkan istri dan anaknya yang baru lahir. Namun, Bathi dan anaknya yang kini berusia 25 tahun, Lita, telah bertemu kembali.
Kajian tersebut sesuai bila dikaji dengan teori struktural konflik. Walaupun demikian, streotip dan prasangka sosial dapat pulaberubah, yaitu dengan usaha-usaha intensif secara langsung atau karena perubahan keadaan masyarakat pada umumnya. Prasangka sosial, selain menyatakan diri dalam tindakan-tindakan diskriminatif terhadap golongan-golongan tertentu dan dalam streotip-streotip tertentu, dapat juga ditemukan dengan cara-cara riset yang khusus.

6.    Tato Sebagai life style
Menurut Bruner (1986) Posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dan dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.
Tato dalam perkembangannya sampai saat ini, stigma masyarakat tentang makna tato sebagai simbol kriminalitas mulai berkurang, meskipun masih ada. Tato mulai dianggap sebagai gaya, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tato dan piercing juga mulai banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tato dan di piercing di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
Pandangan anak muda jaman sekarang, tato tampaknya menjadi sesuatu yang mengidola, terlebih ketika makin banyak selebritis yang ramai-ramai ikut mengguratkan tato pada tubuhnya baik permanen maupun temporer. Tato sebuah ajang ekspresi seseorang, baik si artist (pembuat tato) atau pecinta tato sendiri. Layaknya lukisan, tato sendiri mempunyai makna dibalik sebuah gambarnya. Dan adalah tugas para pecinta tato dan piercing untuk membuat dan mempertahankan image postif di kalangan masyarakat. Sehingga, dewasa ini semakin banyak masyarakat yang membuat tattoo. Bahkan, di kalangan selebriti, tattoo adalah sebuah trend, karena banyak sekali selebriti ber-tattoo saat ini.
Kios-kios yang menyediakan jasa body piercing dan tato pun merebak di seantero kota besar seluruh dunia,terutama kota-kota yang dekat dengan sentra-sentra komonitas tribal. Sebut saja Bali atau lebih tepatnya Kuta atau Sanur-nya yang dekat dengan komunitas Sasak-Lombok; Kuching di Serawak yang dekat dengan komunitas Dayak; Melbourne-Sidney yang dekat dengan komunitas Aborigin. Selain itu kota-kota metropolis seperti New York, London yang karena kekuatan dokumentasi peradaban juga menjual motif-motif tato baik dari lingkungan suku-suku di Pasifik maupun Root Anglo-Saxon seperti Viking.
Bagi sebagian anak muda kota besar, tato seperti selubung eksotis yang dapat menghantar diri kepada kemistikan sebuah dunia antah berantah atau menjadi gerbang masuk ke gambaran dunia jaman kuno pada tato menjadi referensi kepustakaan akan simbol-simbol yang lebih dapatmerepresentasikan kehidupan, kematian,nilai-nilai sebuah hubungan sebagai sebuah proses pelarian sekaligus resistensi dari simbol-simbol tata krama dan kemapanan yang dihadirkan tokoh-tokoh tua di birokrasi, aparat negara dan pelaku bisnis yang kian hari dianggap sebagai kausal dari realita yang makin terkikis ini. Tato kemudian menjadi simbol representasi yang sangat personal. Sebagai contoh, para anggota Red Hot Chili Pappers yang semua badannya dipenuhi tato. Apalagi “si bintang lapangan” Anthony Kiedis yang pada tahun 1990-an awal sempat ke Kalimantan tepatnya ke Desa Sadap , tempat Rumah panjang masyarakat Dayak Iban,diperbatasan Taman Nasional Betung Keriung ,perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak demi mendapat tato motif tribal dengan treatment tradisonal ala Dayak.
a.    Makna tato para selebritis dunia
Tato adalah hal biasa bagi para selebriti wanita dunia. Tato yang menghiasi kulit mereka bukan sekadar gambar tanpa arti. Ada cerita khusus di balik tato para pesohor ini. Inilah para selebriti wanita yang memiliki tato, dan makna di balik tato mereka.
1)    Victoria Beckham
 Pasangan David dan Victoria Beckham berbagi cinta dalam banyak hal, termasuk tato. Artis tato yang menggambar di kulit pasangan tersebut juga sama yaitu, Louis Molloy. Ia diterbangkan langsung Manchester untuk 'melukis' sejoli ini dengan tinta terbaru, ketika mereka berpindah-pindah negara bagian. Victoria memiliki dua tato yang didedikasikan untuk suami yang sudah dinikahinya selama sembilan tahun, termasuk inisial David Beckam pada bagian dalam pergelangan tangan kirinya.
2)    Angelina Jolie
  Dulu saat Jolie masih menjalin cinta dengan Billy Bob Thornton, ia menghiasi lengan kirinya dengan tato bertuliskan 'Billy Bob Thornton' dan gambar ular. Kini, ia menggantinya dengan tato unik yang berbentuk seperti peta, tempat kelahiran anak-anaknya. Yaitu, Kamboja (Maddox), Ethiopia (Zahara), Namibia (Shiloh), Vietnam (Pax) dan dua anak adopsinya yang paling baru dari Prancis (Knox dan Vivienne).
3)    Eva Longoria Parker
 Kehidupan pernikahan Eva Longoria memang mendekati ideal. Ia terlihat bahagia menjalani rumah tangga dengan Tony Parker, pemain San Antonio Spurs, yang memiliki nomor punggung sembilan. Eva pun membuat tato "nine" di leher belakang. Selain tato tersebut, pemain serial "The Desperate Housewives" ini juga memiliki tato di punggung dan bagian dalam pergelangan kedua tangannya.
4)    Penelope Cruz
 Banyak yang berspekulasi dengan tato "883" yang terdapat pada kaki Penelope Cruz. Isu yang beredar ia mentato kakinya saat sedang menjalin hubungan dengan Tom Cruise. Kabarnya, tato tersebut berasal dari lambang Scientology, agama Cruise dan Harley Davidson, motor kesukaan Cruise. "Ini (tato-red) bukan lambang Harley Davidson. Ini juga bukan hal yang dibicarakan banyak orang," kata Cruz seperti VIVAnews kutip dari Shine.
5)    Jessica Alba
 Jessica Alba memiliki banyak tato yang menghiasi tubuhnya. Antara lain tato bunga dan kepik di belakang lehernya, dan kupu-kupu di punggung bawahnya. Tetapi, yang paling menyita perhatian adalah tato simbol Sanskerta di pergelangan tangan bagian kanannya. "Bagi saya tato ini adalah manifestai kecantikan spiritual," kata Alba yang mendalami 2 agama, Kristen dan Buddha.
6)    Charlize Theron
 Charlize Theron dan ibunya memiliki tato yang sama, yaitu tato ikan koi di bagian engkel kaki. Ikan koi dalam budaya Jepang, merepresentasikan tekad yang kuat dan kekuasaan, karena ikan koi cukup kuat bahkan ketika dihadapkan dengan rintangan seperti air terjun. Theron juga memiliki tato berbentuk bunga teratai di kaki kanannya.
7)    Rihanna
 Penyanyi muda berbakat ini memiliki delapan tato menghiasi tubuhnya. Yaitu, tato bentuk tengkorak di bagian belakang engkel kaki sebelah kiri, notasi musik di kaki kanan, bintang di telinga kiri, simbol Pisces di belakang telinga kanan, "love" di jari tengah, deretan bintang di punggungnya, dan tulisan arab yang artinya Kebebasan dalam Tuhan, di sebelah kiri. "Tato bintang di bagian punggung, aku membuatnya di L.A., tetapi diselesaikan di New York," kata Rihanna.
8)    Nicole Richie
 Tato bentuk rosario yang melingkari engkel Nicole Richie sempat menjadi tren. Banyak para wanita yang mengikuti gaya tato tersebut. Nicole juga memiliki tato dengan bentuk lain, yaitu mutiara, tanda silang, sandal balet, kata "virgin", bintang jatuh warna merah, sayap malaikat, dan nama "Richie." Dia juga mengaku memiliki beberapa titik-titik kecil di jarinya, ketika ia tidak sengaja menjatuhkan alat tato.
9)    Sienna Miller
 Tato bintang ternyata menggambarkan kecemerlangan karier selebriti. Selain Rihanna, Sienna Miller juga memilikinya. Banyak artis lain yang juga memiliki tato bintang seperti Lindsay Lohan, Kate Hudson, dan Victoria Beckham.
10)    Scarlett Johansson
 Scarlett Johansson memiliki tato dengan warna menyala yang menyita perhatian. Tato tersebut terletak di bagian dalam tangan kirinya. Bentuknya matahari terbenam di atas lautan dihiasi bintang di langit dan awan biru sebagai latar belakang.
11)    Gisele Bundchen
 Model dari Victoria Secret, tentunya tidak boleh memiliki banyak tato. Gisele Bundchen memang memiliki tato berbentuk bintang kecil di bagian dalam pergelangan tangan kirinya. Tato tersebut justru membuat terlihat lebih menawan.
12)    Drew Barrymore
 Drew diketahui mentato tubuh untuk pertama kali sebelum usianya 14 tahun. Pada 2003, ia menambahkan tato salib yang terjalin dengan anggur merah muda di pergelangan kaki kanannya. Tato salib memang yang paling terlihat dari Barrymore. Ia juga memiliki tato kupu-kupu tepat di bawah pusarnya dan tato bunga di pinggul kirinya.
13)    Christina Ricci
 Christina Ricci memiliki cukup banyak tato, jumlahnya sampai 8 buah. Tato yang paling terlihat adalah tato singa di bahu kanan. Ia juga memiliki tato peri di bagian dalam pergelangan tangan kanannya, tato bentuk tangan berdoa di pinggul kirinya, dan kata-kata "Move or Bleed" di sisi kiri dari tulang rusuk dan tato burung di bagian dada kanannya.
14)    Christina Applegate
 Bagian dalam pergelangan kaki kanan, Christina Applegate terdapat tato "Agape". Arti kata tersebut yaitu cinta tanpa syarat, yang berasal dari bahasa Yunani, dan kebetulan nama gerejanya. Ia juga memiliki tato di pergelangan kaki kirinya, di luar pergelangan kaki kanannya dan di perut bagian bawah.

Kesimpulan
Tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh. Tato dibuat sebagai suatu simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Selain mempunyai makna tertentu, tato dapat menimbulkan resiko yang serius apabila tidak dilakukan secara tepat. Dalam pandangan agama Islam melarang adanya tato, serta menganggap tato adalah haram. Namun, pandangan seni, tato dapat dikategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Namun, kini tato mulai dianggap sebagai gaya, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh.
Pengaruh modernisasi serta kemajuan teknologi pada masyarakat tertentu, terjadilah perubahan stereotip dan prasangka sosial dari tato adalah simbol kriminal, menjadi tato sebagai gaya hidup masa kini. 
Saran
Asumsi tentang tato sangat beragam. Setiap individu dapat memberikan makna tersendiri dalam penggunaan tato. Tetapi tidak sepantasnya tato menjadi identitas buruk bagi para pemakainya. Pembaca dapatmenarik kesimpulan dan bebas berasumsi tentang tato namun harus diharapkan dapat mengetahui makna tato dari berbagai sudut pandang masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
ENS. 1990. Ensiklopedi nasional indonesia jilid 14. Jakarta: cipta adi pustaka
Poerwadarminta. 2006. Kamus umum bahasa indonesia edisi 3. Jakarta: balai pustaka
Koentjaraningrat. 1983. Kebudayaan, Mentalitas dan pembanguan. Jakarta: PT Gramedia
Gerungan, W.A. 1996. Psikologi sosial. Bandung: Eresco
Soetarno. 1989. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Kanisius
Absoluterevo's Blog. 2011. Tragede yang Menggegerkan di Tahun 80-an di Indonesia. http://absoluterevo.wordpress.com/2011/11/01/tragede-yang-menggegerkan-di-tahun-80-an-di-indonesia/. (diakses 3 November 2011)
Adeline cho. 2011. Tatto, Lifestyle Penuh Resiko. http://sharingsomething-adeline.blogspot.com/2011/08/tatto-lifestyle-penuh-resiko.html.  (diakses 2 November 2011)
Artikata. 2010. Indinesia to Indonesia. http://www.artikata.com/arti-353522-tato.html.2011. (diakses 2 November 2011)
D. rono’s. 2010. Fenomena tato dalam masyarakat urban. http://roni-baron.blogspot.com/2010/09/fenomena-tatto-dalam-masyarakat-urban.html. (diakses 10 November 2011)
Gondronk , Ady . 2008. TATO (sebuah simbol tradisi kuno atau simbol peradaban modern ???). http://baliage.wordpress.com/2008/01/05/tato-sebuah-simbol-tradisi-kuno-atau-simbol-peradaban-modern/ .
Hermawan. 2010. Makna Tato Bagi Selebritis dunia. hermawayne.blogspot.com/2011/05/makna-tato-para-selebritis-dunia.html. (diakses 2 November 2011)
Pesan hari akhir. 2010. Asal Mula Tatoo Dan Dampaknya. http://pesan-hari-akhir.blogspot.com. (diakses 2 November 2011)
PKKS. 2011. Nilai dan makna tattoo/betik. http://pkks.org/index.php. (diakses 2 November 2011)
William, james. 2010. Sejarah tato Mentawai, Tato tertua di dunia. http://misterisdunia.blogspot.com/2011/03/sejarah-tato.html.  (diakses 2 November 2011)



Baca selengkapnya »

RPP

Posted by: Anik / Category:


RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN
( RPP )
MATA PELAJARAN
MULOK PROPINSI : BAHASA JAWA
KELAS IV SEMESTER II

DISUSUN
Oleh :


Dwi Anik Listiyowati
NIM. 2010-33-165

SD NEGERI . . .
UPT DINAS PENIDIKAN KECAMATAN . . . .
PEMERINTAH KABUPATEN . . . .

2012


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 

A.    IDENTITAS RPP
Mata Pelajaran    Bahasa Jawa
Kelas / Semester    IV / II
Waktu    2 x 35 menit
Standar Kompetensi    7.   Mampu Membaca dan memahami teks sastra dan membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa.
Kompetensi Dasar    7. 1. Membaca teks sastra (misalnya percakapan, sandiwara, dan sebagainya).
Indikator
1.    Membaca teks sandiwara dengan lafal dan intonasi yang benar
2.    Menyebutkan serta menjawab pertanyaan dari teks sandiwara
3.    Menceritakan kembali teks sandiwara
4.    Menyimpulkan isi sandiwara
5.    Menyampaikan pesan yang tersirat dari isi sandiwara

I.  Tujuan   
Tujuan Pembelajaran
1.    Melalui teks sandiwara, siswa dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang benar
2.    Melalui diskusi kelompok siswa dapat menentukan tokoh, watak, latar, setting sandiwara
3.    Melalui diskusi klasikal siswa dapat menceritakan kembali teks sandiwara di depan kelas
4.    Melalui diskusi klasikal, siswa bersama guru dapat menyimpulkan isi sandiwara
5.    Melalui pembacaan teks sandiwara dan diskusi klasikal, siswa mampu menyampaikan pesan yang tersirat dari isi sandiwara
II.  Materi Pelajaran    A.    Pokok-Pokok Materi.
1.    Pengertian sandiwara
Kegiatan kang dilakoni wong loro utowo luwih kanti gantian micara.
2.    Cara membaca teks sandiwara dengan baik dan benar
Memperhatikan lafal dan intonasi
3.    Conto teks sandiwara
Maos Sandiwara
Bowo    : “kula nuwun,sugeng enjang, Bu guru.”
Bu guru    : ”inggih. Sugeng enjang. Ana apa, Bowo kok reruntungan?”
Bowo     : “sakderengipun nyuwun pangapunten.”
Bu guru    : “ya, ana apa?.
Wisnu    : “mekanten bu. Kula wau bowo kaliyan kula rasan-rasan menawi minggu ngajeng badhe..”
Bu guru     : “minggu ngarep ana apa?.”
Bowo     : “ kula sakanca badhe maringi hukuman dhateng joni.”
Bu guru     : “hus..hukuman apa? Ora diparengake. Kuwi jenenge main hakim.”
Wisnu     : “la,joni manika larene nakal sanget.”
Bowo     : “ nggih saestu bu guru. Kula wingi buku kula diumpetake.”
Wisnu     : “kejawi menika joni asring mbeda lare estri,bu. Kathah ingkang didamel muwun.”
Bu guru     : “kok ya ora wingi-wingi olehmu matur. Yen ngono mengko daktimbalane, joni.”
Wisnu     : “saestu, nggih, bu!”
Bu guru     : “ya. Nanging kowe aja ngroyok joni!”
Wisnu+bowo : “inggih bu, kulo estokaken””

B.    Media dan Sumber Bahan.
1.    Media.
-    Teks sandiwara
2.    Sumber.
a.    Buku Wajib
Remen Basa Jawa SD Kelas IV Hal 8
Penyusun Tim Karya Guru, Penerbit Erlangga.
b.    Buku Pendamping
Aku Seneng Basa Jawa Kelas 4 SD, Hal 8
Penyusun Dr. Sudi Yatmana dkk, Penerbit Yudistira

C.  Metode
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab
3.  Diskusi kelompok
4. Tugas

B.  LANGKAH PEMBELAJARAN

No    Langkah kegiatan    Organisasi kelas    Metode    Waktu    Penilaian

1   Pra Kegiatan
a.    Menyiapkan alat pelajaran
b.    Menyiapkan LKS   

2    Kegiatan Awal:
a.    Menyiapkan alat dan bahan serta kesiapan siswa dalam belajar
b.    Memusatkan perhatian siswa pada kompetensi dasar yang akan dicapai.
c.    Mengadakan apersepsi
d.    Bertanya jawab untuk membuka wawasan tentang pokok bahasan yang akan dipelajari
   
3    Kegiatan Inti:

a.    Menjelaskan materi yang akan diajarkan
b.    Siswa membuat kelompok
c.    Siswa mengamati contoh cara membaca sandiwara dengan baik dan benar yang disampaikan oleh guru
d.    Siswa belajar teknik intonasi dan pelafalan
e.    Masing-masing kelompok membacakan teks sandiwara  dengan baik dan benar. 
f.    Masing-masing kelompok mengerjakan lembar kerja. 
g.   Menyimpulkan isi sandiwara    

C.  EVALUASI

 I    Prosedur    1.    Test Awal
Ada ( terlampir)
2.    Test Dalam Proses
Ada (soal tes)
3.    Test Akhir
Ada (terlampir)
II    Jenis Test    1.    Test Lisan
2.    Test Tulis
III    Bentuk Test    1.    Isian
2.    Tugas
IV    Alat Test    1.    Soal Test
2.    Kunci Jawaban
3.    Kriteria Penilaian
4.    Rubrik


SOAL TEST

I.    Wenehana tandha (X) ing sangareping jawaban kang paling bener !
1.    Sandiwara ing duwur wayah . . .
a. esuk                    c. sore
b. awan                  d. bengi
2.    Sopo arep di wenehi hukuman Bowo  . . .
a. Wisnu                c. Joni
b. Anto                 d. Rangga
3.  Apa kang di tindakno Bu guru kanggo ngukum siswa kang nakal kuwi  . . . .
a. maringi hukuman            c. ndukani
b. nimbali                          d. Diumbar

II.    Isenana cecek-cecek ing ngisor iki kanti bener !
1.     Bowo, Wisnu, lan Bu guru di arani   . . . .
2.     Watake Joni ing sandiwara ing dhuwur yaiku  . . . .

III.     Wangsulana pitakon ing ngisor iki kang cetho :
Sebutna unsur apa kang diperhatino wektu moco sandiwara!

   
KUNCI JAWABAN

I.    1. a        2. c        3. b
II.  1. Lakon / tokoh
      2. nakal
III. Wektu maca sandiwara merhatikno lafal lan intonasi

PEDOMAN PENILAIAN

I.    Jumlah betul x 1 = 3 x 1  = 3
II.  Jumlah betul x 1 = 2 x 1  = 2
III. Nilai maximal                  = 5
         Jumlah                         10
             
   

Lampiran 1
   
    Test Awal :

1.    Apa kang disebut sandiwara kuwi ?


KUNCI JAWABAN :

1.    Kegiatan kang dilakoni wong loro utowo luwih kanti gantian micara.

Lampiran 2
LEMBAR KERJA

Mata Pelajaran             :   Bahasa Jawa
    Kompetensi Dasar            :   7. 1. Membaca teks sastra (misalnya percakapan, sandiwara, dan sebagainya).
Kelas / Semester    : IV / II

I.    PETUNJUK KEGIATAN
1.    Gatekno lan cermati kanti permati sandiwara kang diwoco ing ngarep !
2.    Isanana kolom ing ngisor iki kanti diskusi ing kelompokmu !

Sandiwara
a    Tokoh lan watak   
b    Panggonan lan waktu   
c    Tema   
d    Rangkuman Sandiwara   
e    Amanat   






Baca selengkapnya »

terjemahan lirik goodbye days_yui

Posted by: Anik / Category:

Goodbye days, Yui

Dakara ima ai ni yuku, sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto boryumo wo agete tashikamete mitayo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari ki ga suru
Kinou made ni SO LONG
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA LA WITH YOU

Katahou no EARPHONE wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari hajimeta mune no oku ALLRIGHT
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA NOW WITH YOU

Dekireba kanashii omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de "YEAH HELLO MY FRIEND"
Nante sa ieta nara ii noni

Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I WISH
Kakkou yokunai yasashisa ni aeta yokatta yo
LA LA LA LA GOODBYE DAYS

terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Ada alasannya mengapa sekarang aku memutuskan untuk menemuimu
Aku ingin memperdengarkan padamu sepotong lagu dalam sakuku ini
Sambil pelan-pelan menaikkan suaranya (volume) untuk memastikan semua baik-baik saja

Sekarang, hari perpisahan
Aku tahu perasaan ini akan berubah
Sampai kemarin (hari-hari yang kita lalui terasa) begitu lama
(Hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu

Menyerahkan padamu salah satu sisi earphone-ku
Perlahan-lahan saat lagu mulai terdengar
(Aku pun berpikir) apakah aku bisa mencintaimu dengan baik?
Dan sesekali aku merasa bimbang

Sekarang, hari perpisahan
Segalanya mulai berubah, tapi sesuatu dalam hatiku baik-baik saja
(Seperti sebelumnya, hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu, sekarang

Kalau bisa aku tidak ingin bersedih, bagaimana tidak siapnya perasaanku
Tapi kau datang kan?
Waktu itu dengan tersenyum, (tak tahu) bagaimana aku akan mengatakan "Hai, teman" dengan baik

Saat menyenandungkan lagu yang sama
Aku berharap ada di sisimu
Hari perpisahan yang tidak menyenangkan
Tapi aku senang bertemu denganmu


Baca selengkapnya »

Hewan Peliharaan Ternyata Menyehatkan

Posted by: Anik / Category:

Anak-anak yang mempunyai hewan peliharaan di rumah memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat, tentunya dengan catatan hewan peliharaan itu terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dengan memiliki hewan peliharaan, kadar antibodi anak-anak cenderung lebih stabil. Demikian hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Warwick University, Inggris. Mereka menemukan, meskipun memelihara kucing atau anjing dapat memicu infeksi saat anak masih kecil, itu justru dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya pada masa mendatang. Manfaat itu terutama bisa diperoleh anak-anak di usia 5-8 tahun (Ensiklopedi hasil penelitian ilmiah: 95).
Remaja yang dekat dengan hewan peliharaan sejak tahun pertama kehidupannya memiliki peluang 50 persen lebih tahan terhadap alergi anjing atau kucing dibandingkan dengan yang tidak memiliki hewan peliharaan.
"Mengekspos (mendekatkan) anak dengan kucing dan anjing di rumah tidak akan meningkatkan risiko sensitisasi ke binatang-binatang. Bahkan mungkin mengurangi risiko (alergi)," jelas Ganesha Wegienka dari departemen ilmu kesehatan masyarakat, Henry Ford Hospital, Detroit, seperti dilansir Telegraph, Rabu (15/6/2011).


Baca selengkapnya »

Pengertian Pendidikan

Posted by: Anik / Category:

Pendidikan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berarti 1 perbuatan (hal, cara, dsb).
Pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
  1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya
  2. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa:
Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.


Baca selengkapnya »